Selasa, 24 Maret 2015
Senin, 23 Maret 2015
SISTEM KOLOID
Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan Inggris, Thomas Graham, sewaktu mempelajari sifat difusi beberapa larutan melalui membran kertas perkamen. Graham menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan kanji, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut koloid.
Tahun 1907, Ostwald, mengemukakan istilah sistem terdispersi bagi zat yang terdispersi dalam medium pendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan medium pendispersi adalah zat pelarut. Sistem koloid termasuk salah satu sistem dispersi. Sistem dispersi lainnya adalah larutan dan suspensi. Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Sedangkan suspensi merupakan sistem dispersi dengan partikel berukuran besar dan tersebar merata dalam medium pendispersinya . Sistem Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Secara makroskopis koloid tampak homogen, tetapi secara mikroskopis bersifat heterogen. Campuran koloid umumnya bersifat stabil dan tidak dapat disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm-10 nm.
Koloid merupakan campuran 2 fase yang terdiri dari fase terdispersi dan medium pendispersi. Fase terdispersi merupakan zat yang didispersikan dan bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium untuk mendispersikan disebut medium pendispersi dan berisfat kontinu. Adapun perbandingan sifat larutan, koloid dan suspensi adalah sebagai berikut:
Partikel koloid |
Sistem
koloid ini mempunyai sifat yang berbeda dari sifat larutan atau suspensi.
Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat dapat dibuat
menjadi koloid.
untuk mendukung materi ini dapat dibuka link :
https://www.youtube.com/watch?v=sTo9mV_hepo
Buku:
https://books.google.co.id/books?id=8alYO9n5f7wC&pg=PA298&dq=sistem+koloid+kimia&hl=en&sa=X&ei=5SGiVb6HAYq8ugTIhpegBA&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=sistem%20koloid%20kimia&f=false
untuk mendukung materi ini dapat dibuka link :
https://www.youtube.com/watch?v=sTo9mV_hepo
Buku:
https://books.google.co.id/books?id=8alYO9n5f7wC&pg=PA298&dq=sistem+koloid+kimia&hl=en&sa=X&ei=5SGiVb6HAYq8ugTIhpegBA&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=sistem%20koloid%20kimia&f=false
Untuk membedakan sistem koloid dengan sistem
pemcapuran lainnya, perhatikanlah tabel berikut!
LARUTAN
|
KOLOID
|
SUSPENSI
|
Terdiri atas satu fasa
|
Terdiri atas satu fasa
|
Terdiri atas dua fasa
|
Homogen
|
Homogen
|
Heterogen
|
Jernih
|
Keruh
|
Keruh
|
Tidak memisah jika didiamkan
|
Tidak memisah jika didiamkan
|
Memisah jika didiamkan
|
Tidak dapat disaring
|
Dapat disaring
|
Dapat disaring
|
Tidak dapat diamati
|
Dapat diamati dengan mikroskop ultra
|
Dapat diamati dengan mikroskop biasa
|
Diameter partikel < 1
nm
|
Diameter partikel 1nm - 100nm
|
Diameter partikel > 100 nm
|
Penulisan A (aq)
|
Penulisan A (s)
|
Penulisan A (s)
|
QUIS SISTEM KOLOID
SIFAT - SIFAT KOLOID
Dari tiga macam sistem dispersi tersebut, tunjukkan manakah larutan, koloid, dan suspensi??
Apa yang menyebabkan koloid memiliki sifat yang berbeda dari larutan dan suspensi??
------------------------------------------------------------------------------------------------
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Animasi efek tyndall https://www.youtube.com/watch?v=NaURE8gTXqk
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Animasi efek tyndall https://www.youtube.com/watch?v=NaURE8gTXqk
Perbedaan larutan & kolid pada saat terkena cahaya |
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan
terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak
akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya
akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
b. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. ukuran partikel koloid dan semakin cepat kecepatan gerak partikel, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. ukuran partikel koloid dan semakin cepat kecepatan gerak partikel, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Gerak Brown |
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala
arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi
cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak Brown. Animasi gerak Brown https://www.youtube.com/watch?v=gznbl9PtUd4
c. Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat lain, seperti ion H+ dan OH– dari
medium pendispersi. Untuk berlangsungnya adsorpsi, minimum harus ada
dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat, dan zat yang
menarik disebut adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion ada permukaan
partikel koloid maka partikel koloid dapat bermuatan listrik yang
muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang mengelilinginya.
Partikel
koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada
permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid bermuatan listrik.
Penyerapan pada permukaan ini disebut dengan adsorpsi. Contohnya sol
Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif dan sol As2S3
mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif. Pemanfaatan sifat
adsorpsi koloid dalam kehidupan antara lain dalam proses pemutihan gula
tebu, dalam pembuatan norit (tablet yang terbuat dari karbon aktif) dan
dalam proses penjernihan air dengan penambahan tawas.
d. Koagulasi Koloid
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan
atau penggumpalan koloid. Koloid distabilkan oleh muatannya. Jika muatan
koloid dilucuti atau dihilangkan, maka kestabilannya akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan
koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit
ditambahakan ke dalam system koloid. Apabila arus listrik dialirkan
cukup lama kedalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan
digumpalkan ketika mencapai electrode. Koagulasi koloid karena
penambahan elektrolit terjadi karena koloid bermuatan positif menarik
ion negative dan koloid bermuatan negative menarik ion positif. Ion-ion
tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Jika selubung itu
terlalu dekat, maka selubung itu akan menetralkan koloid sehingga
terjadi koagulasi.
Animasi koagulasi https://www.youtube.com/watch?v=J44wh7muLC4
Beberapa contoh peristiwa koagulasi dalam kehidupan sehari-hari adalah:
1. Pembentukan delta di muara
sungai karena koloid tanah liat dalam air sungai mengalami koagulasi
ketika
bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
2. Karet dalam latek digumpalkan dengan menambahkan asam formiat
3. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas
4. Asap atau debu pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari cottrel.
f. Koloid pelindung
Contoh pemanfaatan koloid pelindung adalah sebagai berikut:
Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak mengalami koagulasi. Koloid semacam
ini disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini membentuk lapisan di
sekeliling partikel koloid yang lain sehingga melindungi muatan koloid
tersebut. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi,
sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
- Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan Kristal besar atau gula
- Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
- Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid pelindung.
g. Dialisis
Untuk stabilitas koloid diperlukan sejumlah muatanion suatu
elektrolit. Akan tetapi, jika penambahan elektrolit ke dalam sistem
koloid terlalu banyak, kelebihan ini dapat mengendapkan fase terdispersi
dari koloid itu. Hal ini akan mengganggu stabilitas sistem koloid
tersebut. Untuk mencegah kelebihan elektrolit, penambahan elektrolit
dilakukan dengan cara dialisis.
Dialisis merupakan proses pemurnian koloid dengan membersihkan atau
menghilangkan ion-ion pengganggu menggunakan suatu kantong yang terbuat
dari selaput semipermiabel. Caranya, sistem koloid dimasukkan ke dalam
kantong semipermeabel, dan diletakkan dalam air. Selaput semipermeabel
ini hanya dapat dilalui oleh ion-ion, sedang partikel koloid tidak dapat
melaluinya, dengan demikian akan diperoleh koloid yang murni. Ion-ion
yang keluar melalui selaput semipermeabel ini kemudian larut dalam air.
Dalam proses dialisis hilangnya ion-ion dari sistem koloid dapat
dipercepat dengan menggunakan air yang mengalir. Peristiwa dialisis ini
diaplikasikan dalam proses pencucian darah di dunia kedokteran.
Partikel koloid dapat bergerak dalam
medan listrik karena partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakan
partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Jika dua
batang elektrode dimasukkan kedalam sistem koloid dan kemudian
dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan
bergerak kesalah satu elektrode tergantung pada jenis muatannya. Koloid
bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedang
koloid bermuatan positif akan bergerak ke katode (elektrode negatif).
Elektroforesis
dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika partikel
koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif,
jika partikel koloid berkumpul dielektrode negatif bearti koloid
bermuatan positif. Peristiwa elektroforesis ini sering dimanfaatkan
kepolisian dalam identifikasi/tes DNA pada jenazah korban pembunuhan/
jenazah tak dikenal.
Sol liofil adalah dimana fase terdispersinya (padatan) senang akan medium pendispersinya (cairan) atau dapat dikatakan bahwa zat terdispersi mempunyai afinitas (daya tarik) yang besar terhadap medium pendispersinya.
Contoh Sol liofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
Sol liofob merupakan kebalikan dari sol liofil, yaitu sol dimana fase terdispersinya (padatan) kurang senang akan medium pendispersinya (cairan) atau dapat dikatakan bahwa zat terdispersi mempunyai afinitas (daya tarik) yang kecil terhadap medium pendispersinya.
Contoh Sol liofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.
Koloid liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/ hidrofob. Butir-butir koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air mediumnya. Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada koloid liofob/hidrofob.
Koloid liofob/hidrofob mendapat kestabilan karena mengadsorpsi ion atau muatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa muatan koloid menstabilkan sistem koloid.
Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air, maka dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan perkataan lain, sol hidrofil bersifat reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air. Perbedaan sol hidrofil dengan sol hidrofob disimpulkan sebagai berikut:
Koloid Liofil dan Liofob
Koloid liofol dan koloid liofob umumnya terjadi pada sol, dimana fase terdispersinya padatan dan mediumnya cairan sehingga lebih dikenal dengan sebutan sol liofil dan sol liofob.Sol liofil adalah dimana fase terdispersinya (padatan) senang akan medium pendispersinya (cairan) atau dapat dikatakan bahwa zat terdispersi mempunyai afinitas (daya tarik) yang besar terhadap medium pendispersinya.
Contoh Sol liofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
Sol liofob merupakan kebalikan dari sol liofil, yaitu sol dimana fase terdispersinya (padatan) kurang senang akan medium pendispersinya (cairan) atau dapat dikatakan bahwa zat terdispersi mempunyai afinitas (daya tarik) yang kecil terhadap medium pendispersinya.
Contoh Sol liofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.
Koloid liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/ hidrofob. Butir-butir koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air mediumnya. Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada koloid liofob/hidrofob.
Koloid liofob/hidrofob mendapat kestabilan karena mengadsorpsi ion atau muatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa muatan koloid menstabilkan sistem koloid.
Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air, maka dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan perkataan lain, sol hidrofil bersifat reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air. Perbedaan sol hidrofil dengan sol hidrofob disimpulkan sebagai berikut:
Koloid
liofil
|
Koloid
liofob
|
1. Stabil
pada saat yang terdispersi mempunyai konsentrasi kecil maupun besar.
2. Koagulasi
terjadi bila zat elektrolit yang ditambahkan dalam jumlah banyak.
3. Ketika
berkoagulasi berbentuk gumpalan seperti gel.
4. Reversible,
bila dikeringkan dapat membentuk koloid kembali dengan penambahan pendispersi
seperti semula.
5. Kesetabilan
tidak terpengaruh dialisis.
6. Peristiwa
efek Tyndall tidak terlihat jelas
7. Viskositas
besar pada pendispersi murni, bila lama didiamkan akan menyerupai agar-agar.
8. Tekanan
permukaan pendispersi terpengaruh partikel terdispersi.
|
1.
Stabil hanya bila zat yang terdispersi
mempunyai konsentrasi kecil.
2.
Mudah berkoagulasi (mengendap) dalam zat
elektrolit.
3.
Ketika berkoagulasi bentuk gumpalan seperti mayonnaise.
4.
Tidak reversible, bila dikeringkan tidak dapat
membentuk koloid kembali.
5.
Kesetabilan terpengaruh oleh dialisis.
6.
Peristiwa efek Tyndall terlihat jelas.
7.
Viskositas kecil.
8.
Tekanan permukaan pendispersi tidak
terpengaruh partikel terdispersi.
|
JENIS - JENIS KOLOID
Jenis - jenis Koloid dan Pengelompokkannya
Dengan demikian ada 8 jenis koloid, seperti yangtercantum pada tabeldi bawah ini :
Telah kita ketahui bahwa sistem koloid
terdiri atas dua fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi
(medium dispersi). Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan jenis
fasa terdispersi dan fasa pendispersinya.
Koloid yang mengandung fasa terdispersi
padat disebut sol. Jadi, ada tiga jenis sol, yaitu sol padat (padat
dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol gas (padat dalam
gas). Istilah sol biasa digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan
sol gas lebih dikenal sebagai aerosol (aerosol padat). Koloid yang
mengandung fasa terdispersi cair disebut emulsi. Emulsi juga ada tiga
jenis, yaitu emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam
cair), dan emulsi gas (cair dalam gas). Istilah emulsi biasa digunakan
untuk menyatakan emulsi cair, sedangkan emulsi gas juga dikenal dengan
nama aerosol (aerosol cair). Koloid yang mengandung fasa terdispersi
gas disebut buih. Hanya ada dua jenis buih, yaitu buih padat dan buih
cair. Mengapa tidak ada buih gas? Istilah buih biasa digunakan untuk
menyatakan buih cair.
a. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat
padat disebut aerosol padat, jika zat yang terdispersi berupa zat cair
disebut aerosol cair. Aerosol padat contohnya: asap dan debu di udara,
aerosol cair contohnya: kabut dan awan.
Dewasa
ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti semprot rambut
(hair spray), semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan
aerosol). Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah senyawa
klorofluorokarbon (CFC) dan karbon dioksida.
b. Sol
Sistem
koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol.
Koloid jenis sol banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari contohnya:
sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis, air sungai berlumpur
dan cat.
c. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua zat
cair tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan menjadi dua
bagian, yaitu emulsi minyak dalam air atau emulsi air dalam minyak.
Contoh emulsi minyak dalam air adalah santan, susu, dan lateks. Contoh
emulsi air dalam minyak adalah minyak ikan, minyak bumi.
Emulsi terbentuk karena adanya zat
pengemulsi (emulgator), contoh emulgator adalah sabun yang dapat
mengemulsikan minyak dalam air. Contoh emulgator lainnya adalah kasein
dalam susu dan kuning telur dalam mayonaise.
d. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan
buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, deterjen, dan protein.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang
mengandung pembuih. Buih digunakan pada berbagai proses, misalnya buih
sabun pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam kebakaran, dan
lain-lain. Adakalanya buih tidak dikehendaki. Zat-zat yang dapat memecah
atau mencegah buih,antara lain eter, isoamil alkohol, dan lain-lain.
Buih mempunyai fase terdispersi gas. Buih terdiri atas:
1)buih padat dengan medium pendispersi padat, contoh batu apung, karet busa, dan styrofoam;
2)buih cair atau buih dengan medium pendispersi cair, contoh buih sabun dan putih telur.
1)buih padat dengan medium pendispersi padat, contoh batu apung, karet busa, dan styrofoam;
2)buih cair atau buih dengan medium pendispersi cair, contoh buih sabun dan putih telur.
e. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat
dan cair) disebut gel. Contoh : agar-agar, lem kanji, selai, gelatin,
gel sabun, gel silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang
mengadsorbsi medium pendispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak
padat.
Dengan demikian ada 8 jenis koloid, seperti yangtercantum pada tabeldi bawah ini :
No. | Fase terdispersi | Fase pendispersi | Nama sistem koloid | Contoh sistem koloid |
1. | Cair | Gas | Aerosol Cair | Kabut, awan |
2. | Padat | Gas | Aerosol Padat | Debu, Asap |
3. | Gas | Cair | Busa, buih | Buih sabun |
4. | Cair | Cair | Emulsi | Susu, santan |
5. | Padat | Cair | Sol | Cat, tinta, kanji |
6. | Gas | Padat | Busa Padat | Batu apung, karet busa |
7. | Cair | Padat | Emulsi Padat | Jeli, mutiara, keju |
8. | Padat | Padat | Sol Padat | Kaca berwarna, intan hitam |
PEMBUATAN KOLOID
Jika kita atau sebuah industri akan memproduksi suatu produk
berbentuk koloid, bahan bakunya adalah larutan (partikel berukuran
kecil) atau suspensi (partikel berukuran besar). Didasarkan pada bahan
bakunya, pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai
berikut.
a. Cara kondensasi
Dengan cara kondensasi partikel larutan
sejati bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan
melalui reaksi-reaksi kimia seperti reaksi redoks, hidrolisis,
dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.
1) Reaksi subtitusi
Misalnya larutan natrium tiosulfat
direaksikan dengan larutan asam klorida , maka akan terbentuk belerang.
Partikel belerang akan bergabung menjadi semakin besar sampai berukuran
koloid sehingga terbentuk sel belerang. Seperti reaksi:
Na2SO3(aq) + 2HCl(aq) →2 NaCl(aq)+ H2O(l) + S(s)
2) Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sol Fe(OH)3 dibuat melalui hidrolisis larutan FeCl3, yaitu dengan memanaskan larutan FeCl3. Hidrolisis larutan AlCl3 akan menghasilkan koloid Al(OH)3. Reaksinya adalah:
FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) +3HCl(aq)
AlCl3(aq) + 3 H2O(l) → Al(OH)3(s) + 3HCl(aq)
3) Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai
perubahan bilangan oksidasi. Pembuatan sol belerang dari reaksi antara
hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan SO2. reaksinya adalah:
2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S (s)
4) Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contohnya adalah pembuatan sol As2S3 dengan mereaksikan larutan H3AsO3 dengan larutan H2S. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2H3AsO3(aq) + 3H2S(aq) → As2S3(s) + 6H2O(l)
5) Penggantian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan menggnti medium
pendispersi sehingga fase terdispersi yang semula larut menjadi
berukuran koloid. Misalnya larutan jenuh kalsium asetat jika dicampur
dengan alcohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel.
b. Cara dispersi
Dengan cara
dispersi partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi
dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atu dengan loncatan bunga
listrik(busur bredig).
1) Cara mekanik
Dengan cara ini, butir-butir kasar
digerus dengan lumpang, sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu,
kemudian diaduk dengan medium pendispersi. Contoh pembuatan sol belerang
dengan menggerus serbuk belerang bersama zat inert seperti gula pasir,
kemudian mencampur dengan air.
2) Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan zat pemecah (pemeptisasi).
3) Cara busur bredig
Cara busur bredig digunakan untuk membuat
sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai
elktrode yang dicelupkan kedalam medium dispersi, kemudian diberi
loncatan listrik dikedua ujungnya. Mula-mula atom logam akan terlempar
kedalam air, lalu atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk
partikel koloid. Jadi cara busur bredig ini merupakan gabungan cara
disperse dan kondensasi.
Langganan:
Postingan (Atom)